Tradisi Budaya dan Cinta


Oleh: Anang Amiruddin Nugroho

Mengubah tradisi adalah tugas seorang pembaharu, apalagi tradisi yang cenderung buruk dan banyak mudharatnya. Tradisi disini menjadi seperti beteng yang sulit untuk ditembus, karena banyaknya pemakluman dan toleransi yang sudah hilang batasan-batasannya. Sehingga peneguran seseorang terhadap sebuah tradisi menjadi hal yang sulit untuk diterima, mengingat sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya jika berbicara tradisi, seperti penggambaran buah Mangga. Pada awalnya buah mangga jika sedang berbuah, memiliki rasa yang sangat asam sehingga akan sulit untuk diterima (tabu). Kemudian lambat laun rasa asam berubah menjadi sebuah rasa manis yang mengenakkkan. Namun rasa manis itu ada masanya sendiri, masa dimana buah Mangga akan berubah bentuk dan warnanya, untuk membusuk hingga tidak akan pernah bisa untuk dinikmati kembali.

Contoh yang dapat diambil sangat banyak didalam kehidupan ini. Dahulu orang Jawa jika tidak beragama Islam, maka tidak akan diakui sebagai orang Jawa. Erat hubungannya dengan pemberlakuan misi Gospel oleh kaum Penjajah, sehingga ada diantara orang Jawa yang memelacurkan aqidah mereka demi mendapatkan sebuah kehidupan yang layak. Padahal jika dilihat secara kontekstual, hal tersebut merupakan cerminan pembetengan diri untuk melawan dan mempertahankan tanar air yang mereka pijak. Namun sekarang semuanya seolah biasa-biasa saja, karena lambat laun orang mulai terbiasa dengan pemakluman, nilai-nilai hubbul wathan mulai luntur, dikarenakan perubahan zaman.

Ambil contoh yang lain, adalah adanya budaya pacaran. Disebagian daerah barangkali masih ada yang tabu dengan budaya ini, namun seperti wajar dengan budaya ini ketika dilihat dari perspektif daerah perkotaan. Apa mau dikata, budaya yang menampilkan degradasi moral secara terang-terangan itu justru kini menjadi hal wajib yang harus dilakukan oleh sebagian orang. Maka menjadi sebuah keprihatinan bersama manakala perilaku pacaran sudah menjadi budaya paten dalam kehidupan sehari-hari. Lebih miris lagi jika ada seseorang yang ikut Organisasi Islam yang katanya ber-amar maruf nahi munkar namun justru malah melakukan pacaran. Pacaran adalah munkar, maka tidaklah sejalan dengan tujuan organisasinya. Bagaimana dapat memperbaiki keadaan masyarakat untuk ber-nahi munkar sedangkan kita saja masih melakukan kemunkaran?

Jika boleh berpendapat, sebenarnya mengingatkan orang yang sedang berpacaran untuk tidak berpacaran itu adalah sebuah tanggung jawab bersama. Namun apa mau dikata, ketika akan diingatkan, diri ini merasa tak mampu, merasa risih dikarenakan ada pemakluman budaya. Kemudian bagaimana solusinya? Penanaman akhlak yang baik dengan melibatkan pengajaran agama dikehidupan sehari-hari adalah solusinya. Dimulai dari keluarga hingga sekolah haruslah ada penerapan aqidah serta keimanan yang kuat. Tidak serta merta menggantungkan akhlak kepada sekolah, karenanya sekolahpun juga memiliki keterbatasan. Maka menjadi point yang wajib bagi setiap keluarga untuk mendidik dan mengarahkan. Karena perilaku menyimpang yang sudah menjadi budaya, perlu strategi khusus dan intens melalui penanaman keimanan disetiap harinya.

Bagi kaum adam dan kaum hawa, tidak usah berkecil hati terhadap takdir untuk berpasangan dengan lawan jenis. Kalian memiliki tanggung jawab untuk menjaga diri. Namun pengertiannya disini, menjaga diri bukan berarti menutup diri. Berikanlah pikiran terbuka terhadap interaksi dengan lawan jenis, upayakan berada dalam kesantunan berperilaku, karena sejatinya penjagaan diri ada didalam hati dan kuatnya beteng keimanan. Sejatinya, cinta itu adalah suci dan bukan menjadi barang yang haram. Maka cinta harus senantiasa terjaga dan terpelihara. Bedakan antara menjaga diri dengan menutup diri, karena adanya jodoh terbaik itu adalah dengan mengupayakan tidak dengan menunggu. Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik, begitupula sebaliknya. Ada upaya yang dilakukan, baik dengan bersilaturahmi di lingkungan yang baik maupun dengan memperbaiki akhlak untuk mendapatkan yang terbaik. Wallahualam bisshawab.

Tags: #Tradisi #Budaya #Cinta #Akhlak #Silaturahim #Lingkungan #Terbaik #Beteng #Keimanan #Lawan #Jenis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akselerasi Kehidupan